A. Defenisi
Motivasi
1. Motivasi
berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.[1] Motivasi
(motivation) ddari pengertian iitu maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
sesungguhnya motivasi adlah dorongan yang menggerakkan seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas atau tindakan tertentu.
2. Dalam
kehdupan, motivasi memiliki peranan yang sangat penting karena motivasi adalah
hal yang menyebabkan, menyyyalurkan, dan mendukung perilaku manusia. Supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuuan 2001:141).
Tanpa adanya motivvasi dalam diri seseorang maka dapat dipastikan bahwa orang
itu tidak akan bergerak sedikitpun dari tempatnya berada.
3. Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi
adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan
menjadi motif.
4. Menurut
Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses-proses psikologikal,
yang menyebabkan timnulnya, diarahhkannya, dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarrela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
5. menurut
Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan
sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu,
yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
6. Morgan
(dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian
dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal
tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states),
tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior),
dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
7. McDonald
(dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di
dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi
mencapai tujuan.
8. Motivasi
merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan
setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda
karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun
psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula
(Suprihanto dkk, 2003).
Dari
defenisi di atas, secara umum ada dua aspek motivasi yaitu:
Aspek
motivasi dikenal “aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis”.[2]
1. Aspek aktif : motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mmencapai tujuan yang diinginkan.
1. Aspek aktif : motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mmencapai tujuan yang diinginkan.
2.
aspek pasif : motivasi akan tampak sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan
dan menggerakkan potensi sumber daya
manusia itu kea rah tujuan yang diingiinkan.
Orang
yang telah menggunakan macam-macam istilah untuk melukiskan kekuatan yang
memotivasi dari pperilaku manuusia.[3]
Beberapa
diantara istilah tersebut adalah:
1.
Kebutuhan (need)
2.
Aspirasi (aspiration)
3.
Keinginan (desire)
B.
Teori-Teori
Motivasi
Cukup
banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli. Hal ini dapat dimengerti
karena motivasi kerja memang merupakan suatu hal yang sangat penting dalam satu
organisasi. Beberapa teori terkadang digunakan untuk menjelaskan motivasi dan
kepuasan.
Menurut W. Jack
Duncan (Indrawijaya, 2005:74), teori-teori tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam dua kategori utama, yaitu: kelompok yang tergolong Teori Motivasi
Instrumental (instrumental theories of motivation) dan kelompok yang
tergolong Teori Motivasi Kebutuhan (content theories of motivation).[4]
Beberapa teori
yang tergolong Teori Motivasi Instrumental (instrumental theories of
motivation) adalah:
1. Teori Dorongan –
Penguatan (Drive – Reinforcement Theory). Teori Dorongan–Penguatan
(Drive–Reinforcement Theory) didasarkan atas hukum pengaruh (the law of effect)
yang dikemukakan Throndike pada tahun 1911. Tingkah laku dengan konsekuensi
positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi
negatif cenderung untuk tidak diulang. Menurut Teori Dorongan–Penguatan,
kebiasaan akan diperkuat bila: (1) Penguatan terjadi secepatnya setelah tanggapan-tanggapannya
dilakukan, (2) Pengalaman penguatan diulang-ulang dalam banyak kali, dan (3)
Kapasitas penguatan (ganjaran atau hukuman) adalah besar (Wexley dan Yukl,
2005:104).
2. Teori X dan Teori Y.
Teori X dan Teori Y dikenalkan oleh
Mc.Gregor, seorang guru besar Manajemen pada Lembaga Teknik Massachusetts
(Massachusetts Intitute of Technology). Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa
manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X
(Teori Tradisional) dan manusia penganut teori Y (Teori Demokrasik).
Douglas mengemukakan bahwa Managers
in the Theory X category believe that people are naturally lazy, irresponsible,
and uncoorporative, and therefore must be threatened, punished or heavily
rewarded to be productive. In contrast Managers in the Theory Y category that
people are naturally energic, responsible, and growth-oriented, and are self
motivated and are interested in being productive (Griffin dan
Ebert, 1993:216).
3. Teori Harapan (Expectancy
Theory).
Teori harapan pada awalnya
dikemukakan oleh Victor H. Vroom dan berikutnya dikembangkan oleh beberapa
ahli-ahli lain dalam versi yang berbeda. Menurut teori harapan perilaku
seseorang mencerminkan pilihan sadar yang didasarkan atas evaluasi atau
perbandingan yang berbeda-beda (Wexley dan Yukl: 2005:108). [5]
Teori Harapan ini didasarkan atas:
Teori Harapan ini didasarkan atas:
a). Harapan (Expectancy), adalah
suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan akan
berkisar antara nilai negatif (sangat tidak diinginkan sampai dengan nilai
positif (sangat diinginkan). Harapan negatif menunjukkan tidak ada kemungkinan
sesuatu hasil akan muncul sebagai akibat dari tindakan tertentu, bahkan
hasilnya bisa lebih buruk. Sedangkan harapan positif menunjukkan kepastian
bahwa hasil tertentu akan muncul sebagai konsekuensi dari suatu tindakan atau
perilaku;
b). Nilai (Valence), adalah kekuatan relatif dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Suatu intensitas kebutuhan untuk mencapai hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat dilihat oleh setiap individu. Bagi seorang individu, perilaku tertentu mempunyai nilai tertentu. Suatu hasil mempunyai valensi positif apabila dipilih, tetapi sebaliknya mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih.
b). Nilai (Valence), adalah kekuatan relatif dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Suatu intensitas kebutuhan untuk mencapai hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat dilihat oleh setiap individu. Bagi seorang individu, perilaku tertentu mempunyai nilai tertentu. Suatu hasil mempunyai valensi positif apabila dipilih, tetapi sebaliknya mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih.
c). Pertautan (Instrumentality),
yaitu besarnya kemungkinan bila bekerja secara efektif, apakah akan terpenuhi
keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkannya. Indeks yang merupakan
tolok ukur berapa besarnya perusahaan akan memberikan penghargaan atas hasil
usahanya untuk pemuasan kebutuhannya.
4. Teori Tujuan (Goal Setting
Theory).
Teori tujuan menjelaskan perilaku
dari segi pengaruh tujuan-tujuan sadar manusia. Teori ini, seperti yang
dirumuskan Locke adalah suatu penjabaran dari konsep “Tingkatan Aspirasi” Lewin
dan “Proposisi” Ryan. Premis dasar Locke menyebutkan bahwa perilaku seseorang
diatur menurut tujuan-tujuan serta maksud-maksud tujuan individunya. Kuat
lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai
(Wexley dan Yukl, 2005:113).
Beberapa teori yang tergolong
Teori Motivasi Isi (content theories of motivation) adalah:
1. Teori Tiga Motif Sosial
(Trichotomy of Needs Theory). Teori Tiga Motif Sosial (Trichotomy of Needs Theory) biasa
pula disebut dengan Teori Motivasi Prestasi (Mc Clelland’s Achievement
Motivation Theory). Teori ini berangkat dari asumsi David Mc. Clelland bahwa
semua kebutuhan adalah karena dipelajari, sehingga kepribadian juga akan
berubah jika seseorang belajar. Setiap karyawan dianggap mempunyai cadangan
energi potensial. Bagaimana energi ini dilepaskan dan digunakan tergantung
pada kekauatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang
tersedia. (Mangkunegara, 2005:97).
Prof. Dr. David C. McClelland adalah
seorang ahli psikologi Amerika dari Universitas Harvard, ia mengemukakan bahwa
produktivitas seseorang sangat ditentukan kondisi jiwa yang mendorong seseorang
untuk mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Kondisi jiwa yang
dimaksud terdiri dari 3 dorongan kebutuhan, yaitu: a). Motif untuk
Berprestasi (Achievement Motive). b) Motif untuk Bersahabat (Affiliation
Motive). c). Motif untuk Berkuasa (Power Motive).
2. Teori Motivasi Dua Faktor. Teori Motivasi Dua Faktor
dikemukakan oleh Hezberg. Menurut teori ini motivasi yang dapat merangsang
usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian
dan peluang untuk mengembangkan kemampuan.
Lebih lanjut Herzberg (dalam
Hasibuan, 2007:108) menyatakan ada tiga hal panting yang harus diperhatikan
dalam memotivasi bawahan yaitu: [6]
a). Hal-hal yang mendorong pegawai adalah
pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung
jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas
semuanya itu;
b). Hal-hal yang mengecewakan
pegawai adalah terutama faktor yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan,
peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji,
tunjangan dan lain-lainnya;
c). Pegawai kecewa, jika peluang
untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya
serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang
dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan
kebutuhan, yaitu:
a) Maintenance Factors. Adalah
faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh ketenteraman badaniah.
b). Motivation Factors. Motivation
factors adalah faktor motivator yang berhubungan dengan penghargaan terhadap
pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan dan merupakan kebutuhan
psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.
3. Teori Hirarki Kebutuhan. Teori ini merupakan kelanjutan dari
Human Science Theory yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan seseorang itu
jamak. Teori yang dikemukakan Abraham H. Maslow ini didasarkan atas anggapan
bahwa:
a). Manusia adalah makhluk sosial
yang berkeinginan; ia selalu menginginkan lebih banyak.;
b). Suatu kebutuhan yang telah
dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya.
Lebih lanjut Maslow
mengklasifiksikan kebutuhan manusia tersebut ke dalam lima tingkatan dasar,
yaitu:
a). Physiological Needs. Kebutuhan
fisiologis yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan lain-lainnya.
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berperilaku dan
bekerja giat.
b). Safety and Security Needs.
Keamanan dan keselamatan adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni
merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan.
c). Affiliation or Acceptance Needs.
Kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan
kelompok pegawai dan lingkungannya.
d). Esteem or Status Needs.
Kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari
pegawai dan masyarakat lingkungannya.
e). Self Actualization. Kebutuhan
akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan,
dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau
luar biasa yang sulit dicapai orang lain.
C. Azas-Azas Motivasi
Setiap orang
atau setiap pemimpin sangat dituntut pemahamannya terhadap azas-azas motivasi
jika berharap bawahannya dapat bekerja sesuai telah dirumuskan. Selain itu pemahaman
kita akan azas tersebut mendorong untuk memenuhi kebutuhan bawahannya. Adapun
azas-azas tersebut adalah:[7]
1.
Azas mengikutsertakan
Azas ini
mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengajukan ide-ide, rekomendasi, dalam proses pengambila keputusan
atau ketika akan melakukan tindakan.
2.
Azas komunikasi
Pada azas ini
untuk mencapai hasil cenderung meningkat jika bawahan diberiitahu tentang
soal-soal yang mempengaruhi hasil-hasil itu. Semakin banyak mengetahui suatu
soal, maka semakin banyak pula perhatiannya terhadap hal-hal tersebut.
3.
Azas pengakuan
Pada azas ini
motivasi untuk mmencapai hasil cenderung meningkat jika kepada bawahan
diberikan pengakuan atau sumbangannya terhadap hasil-hasil yang dicapai.
4.
Azas
wewenang yang didelegasikan
Pada azas ini
motivasi untuuk mencapai hasil akan bertambah kalau bawahan diberikan wewenang
untuk mengambil keptusan-keputusan yang mempengaruhi hasil-hasil itu.
5.
Azas pperhatian timbal balik
Pada azas ini,
para bawahan biasanya akan dapat dimotivasi untuk mencapai hasil-hasil yang
kiat inginkan, sejauh kita menaruh minat tterhadap hasil-hasil yang mereka
inginkan.
D. Pola Motivasi
DR.
David Mc.Cleland mengemukakan pola motivasi sbb:[8]
1.
Achievement motivation : adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau
mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan pertumbuhan
2. Affiliation
motivation : dorongan untuk melakukan hubungan – hubungan dengan orang lain.
3. Competence
motivation : dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan pekerjaan dengan
bermutu tinggi
4. Power motivation :
dorongan untuk mengembalikan suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil
resiko dalam menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi.
E.
Teknik
motivasi
Teknik
motivasi dilakukan untuk membangun atau merubah hal-hal yang sebelumnya terjadi
pada perilaku yang menjalankan organisasi tersebut, teknik yang perlu dilakukan
antara lain:[9]
1. Berfikir poositif
2. Menciptakan perubahan yang kuat
3. Membangun harga diri
4. memantapkan pelaksanaan
5. Membangkitkan orang yang lemah menjadi kuat
6. Membasmi sikap yang suka menunda-nunda
2. Menciptakan perubahan yang kuat
3. Membangun harga diri
4. memantapkan pelaksanaan
5. Membangkitkan orang yang lemah menjadi kuat
6. Membasmi sikap yang suka menunda-nunda
DAFTAR
PUSTAKA
Rujukan
Buku:
Winardi, 1992. Manajemen Prilaku Organisasi. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
Soemanto, Wasty, 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
Bina Aksara.
Drs.H.Malayu
S.P.hasibuan, 2005.Organisasi Dan motivasi. Jakarta : PT bumi Aksara.
Mesiono, S.Ag., M.Pd.
2010. Manajemen dan Organisasi, Medan: Citapustaka Media Perintis.
Nasrul
Syakur Chaniago, SS, M.Pd. 2007. Manajemen Oraganisasi, Bandung : ciptapustaka
media perintis.
Prof.Dr.J.Winardi,SE,
2007. Manajemen perilaku organisasi,
Jakarta: kencana.
Referensi
internet:
http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2011/04/teori-motivasi.html
(diakses tanggal 13 april 2013, 20.23 Wib)
(diakses tanggal 13 april 2013, 20.23 Wib)
[1] Drs.H.Malayu
S.P.hasibuan, 2005.Organisasi Dan motivasi. Jakarta : PT bumi Aksara. (hal 92)
[2] Drs.H.Malayu
S.P.hasibuan,2005. Organisasi Dan
motivasi,Jakarta : PT. bumi Aksara (hal 96)
[3]
Prof.Dr.J.Winardi,SE, 2007. Manajemen perilaku organisasi, Jakarta:
kencana. ( hal 347)
[5]
Mesiono, S.Ag., M.Pd. 2010. Manajemen
dan Organisasi, Medan: Citapustaka Media Perintis. (hal 138)
[6] Mesiono,
S.Ag., M.Pd. 2010. Manajemen dan Organisasi, Medan: Citapustaka Media Perintis.(hal
136)
[7] Mesiono,
S.Ag., M.Pd. 2010. Manajemen dan Organisasi, Medan: Citapustaka Media Perintis.(hal
148)
[8]
Drs.H.Malayu S.P.hasibuan,
2005.Organisasi Dan motivasi. Jakarta : PT
bumi Aksara.(hal 97)
[9] Nasrul
Syakur Chaniago, SS, M.Pd. 2007. Manajemen Oraganisasi, Bandung : ciptapustaka
media perintis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar